Senin, 07 April 2008

Balasan Shadaqah

Subhanallah...

Kata itulah yang pertama meluncur dari lidah saya tatkala mengalami sendiri kebenaran janji Allah bagi orang yang menyedekahkan hartanya di jalan-Nya.

Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan telpon dari kakak perempuan saya yang menderita penyakit jantung. Lewat telepon dia berbicara dengan suara lemah dan menceritakan kegalauannya tentang penyakit yang dideritanya. Saat itu ia sedang menderita batuk dan sesak nafas yang terdengar begitu menyiksa. Dengan "bahasa kalbu" ia meminta bantuan keuangan untuk biaya ke dokter karena suaminya sudah banyak mengeluarkan uang untuk mengobati penyakitnya, padahal pemasukan keuangan suaminya tidak seberapa sebagai seorang guru ngaji.

Bagai diingatkan oleh Allah swt. saya menyadari bahwa uang yang ada pada saya saat ini merupakan titipan dari Allah untuk membantu kakak perempuan saya itu. Kebetulan sehari sebelumnya saya baru saja mendapatkan uang arisan yang belum sempat saya belanjakan apa pun. Saya tidak dapat membohongi hati saya bahwa ada sedikit perasaan sayang pada uang itu setelah sekian bulan saya mengumpulkannya dengan niat akan saya pergunakan untuk keperluan saya yang lain. Namun saya berusaha meyakinkan hati bahwa Allah Maha Mengetahui dan menguasai atas segala rencana makhluknya, uang itupun saya berikan kepada kakak saya.

Pada malam berikutnya saya menyempatkan menjenguk kakak saya di rumahnya yang sangat sederhana. Betapa remuk hati saya melihat kondisi beliau yang sudah sangat kurus dan dengan nafas yang terengah-engah menahan sesak. Betapa gembiranya hati beliau ketika menerima uang itu sambil berbaring menahan sakit batuk sesak nafasnya ia mengucapkan terima kasih sampai berkali-kali. Saya pun merasakan ketenangan karena telah dapat memberikan sedikit bantuan buat pengobatan kakak saya itu.

Beberapa hari kemudian saya mendapatkan SMS darinya yang memberikan kabar bahwa ia telah membaik, tidak lagi merasa sesak nafas yang selama ini begitu menyiksanya. Apalagi ia masih memiliki seoran bayi yang masih berusia 8 bulan. Al hamdu lillah... saya pun merasa amat bahagia mendengarnya.

Satu minggu berlalu saya pun menjalankan aktifitas seperti biasa. Dan pada suatu hari saya mendapatkan undangan untuk menghadiri sebuah acara Maulid Nabi Muhammad saw. di salah satu masjid. Saya diminta untuk mengisi acara pada peringatan tersebut. Hujan deras dan petir menyambar disertai angin kencang yang hampir menyurutkan langkah saya menghadiri undangan maulid tersebut. namun dengan niat memenuhi janji sayapun memaksakan diri berangkat. Ada satu masalah yang sebelumnya juga menghalangi saya untuk dapat berangkat ke acara tersebut. Anak saya yang baru berusia dua tahun tak dapat saya tinggalkan karena istri saya masih dalam perjalanan menuju rumah yang katanya ia merasa heran karena ia tidak mengalami kemacetan seperti biasanya di pasar Ciputat yang sedang dibangun Fly over. Tepat pukul tujuh malam istri saya telah sampai di rumah yang sebetulnya saya telah berencana untuk meng-cancel undangan tersebut bila istri saya belum tiba pada pukul tujuh.

Terbelalak mata saya begitu membuka amplop yang diberikan panitia karena isinya terlalu banyak untuk sekedar mengganti biaya transport. Al hamdu lillah... hati saya berucap inilah yang Allah janjikan atas shadaqah yang kita keluarkan.

Dengan pengalaman ini saya bertambah yakin bahwa kita tidak usah khawatir untuk membantu orang lain yang kesusahan dengan apa pun yang kita miliki karena Allah telah mempersiapkan semua yang kita butuhkan, baik secara langsung maupun melalui cara-cara lain yang diluar pengetahuan dan kekuasaan kita.

Wallahu a'lam.

Selasa, 18 Maret 2008

KARUNIA ROBB-KU


Serpong, 19 Maret 2008


Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan.


Satu firman Allah yang selalu terngiang di lubuk hatiku :


"Asaa an tuhibbu syai an fahuwa syarrul lakum, wa'asaa an tkrohu syai an fahuwa khoirul lakum"


Boleh jadi apa yang kita rencanakan dan menurut kita itu adalaha yang terbaik - padahal di sisi Allah merupakan keburukan buat kita, dan begitu pula sebaliknya. Boleh jadi sesuatu yang buruk dalam pandangan kita padahal itu adalah KARUNIA TERINDAH untuk kehidupan kita.


Mudah-mudahan kita senantiasa menjadi hamba Allah yang mensyukuri semua anugrah Robbul Jalalah, amin.